Sabtu, 31 Maret 2012

Bivak


Bivak adalah tempat berteduh dan bermalam di belantara. Sepintas lalu memang terkesan seadanya. Membuat tempat perlindungan jadi penting ketika terjadi hal-hal darurat. Padahal, bivak tak hanya dibuat ketika darurat saja, tetapi juga dipakai pada saat membuat camp sementara. Faktor kenyamanan juga turut berbicara di sini. Pastinya, membuat bivak tidak ada bedanya dengan kita membuat rumah dalam kehidupan sehari-hari. Dan jangan lupa, sering-sering berguru pada masyarakat lokal dan suku-suku di pedalaman.

Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan ketika kita memutuskan untuk membuat bivak, yaitu jangan sekali-kali membuat bivak pada daerah yang berpotensi banjir pada waktu hujan. Di atas bivak hendaknya tak ada pohon atau cabang yang mati atau busuk. Ini bisa berbahaya kalau runtuh. Juga jangan di bawah pohon kelapa karena jatuhnya kelapa bisa saja terjadi tiba-tiba.


Di daerah tempat kita akan mendirikan bivak hendaknya bukan merupakan sarang nyamuk atau serangga lainnya. Kita juga perlu perhatikan bahan pembuat bivak. Usahakan bivak terbuat dari bahan yang kuat dan pembuatannya baik, sebab semuanya akan menentukan kenyamanan.
Menurut N.S. Adiyuwono, seorang penggiat alam terbuka, bahan dasar untuk membuat bivak bisa bermacam-macam. Ada yang dibuat dari ponco (jas hujan plastik), lembaran kain plastik atau memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti daun-daunan, ijuk, rumbia, daun palem, dan lainnya. Tapi yang paling penting, kesemua bahan dasar tadi sanggup bertahan ketika menghadapi serangan angin, hujan atau panas.

Selain bahan yang bermacam-macam, bentuk bivak pun amat beragam. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan. Tak harus berbentuk kerucut atau kubus, modelnya bisa apa saja. Ini amat bergantung pada kreativitas kita sendiri. Membuat bivak merupakan seni tersendiri karena kreasi dan seni seseorang bisa dicurahkan pada hasilnya.

Sebagai contoh, one man bivak. Pembuatannya dengan menancapkan kayu cagak sebagai tiang pokok yang tingginya sekitar 1,5 meter. Letakkan di atasnya sebatang kayu yang panjangnya kira-kira dua meter. Ujungnya diikat kuat yang biasanya memakai patok. Lalu sandarkan potongan kayu yang lebih kecil di atasnya, yang berfungsi untuk menahan dedaunan yang akan jadi atap ”rumah” kita.

Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bivak yaitu gua, lekukan tebing atau batu yang cukup dalam, lubang-lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila memilih gua, Adiyuwono mewanti-wanti agar kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun atau gas berbahaya di sekitarnya.

Kita juga bisa memanfaatkan tanah berlubang atau tanah yang rendah sebagai tempat berlindung. Tanah yang berlubang ini biasanya bekas lubang perlindungan untuk pertahanan, bekas penggalian tanah liat dan lainnya. Pastikan tempat-tempat tersebut tidak langsung menghadap arah angin. Kalau terpaksa menghadap angin bertiup kita bisa membuat dinding pembatas dari bahan-bahan alami. Selain menahan angin, dinding ini bertugas untuk menahan angin untuk tidak meniup api unggun yang dibuat di muka pintu masuk.

Di daerah tempat kita akan mendirikan bivak hendaknya bukan merupakan sarang nyamuk atau serangga lainnya. Kita juga perlu perhatikan bahan pembuat bivak. Usahakan bivak terbuat dari bahan yang kuat dan pembuatannya baik, sebab semuanya akan menentukan kenyamanan.
Menurut N.S. Adiyuwono, seorang penggiat alam terbuka, bahan dasar untuk membuat bivak bisa bermacam-macam. Ada yang dibuat dari ponco (jas hujan plastik), lembaran kain plastik atau memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti daun-daunan, ijuk, rumbia, daun palem, dan lainnya. Tapi yang paling penting, kesemua bahan dasar tadi sanggup bertahan ketika menghadapi serangan angin, hujan atau panas.

Selain bahan yang bermacam-macam, bentuk bivak pun amat beragam. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan. Tak harus berbentuk kerucut atau kubus, modelnya bisa apa saja. Ini amat bergantung pada kreativitas kita sendiri. Membuat bivak merupakan seni tersendiri karena kreasi dan seni seseorang bisa dicurahkan pada hasilnya.

Sebagai contoh, one man bivak. Pembuatannya dengan menancapkan kayu cagak sebagai tiang pokok yang tingginya sekitar 1,5 meter. Letakkan di atasnya sebatang kayu yang panjangnya kira-kira dua meter. Ujungnya diikat kuat yang biasanya memakai patok. Lalu sandarkan potongan kayu yang lebih kecil di atasnya, yang berfungsi untuk menahan dedaunan yang akan jadi atap ”rumah” kita.

Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bivak yaitu gua, lekukan tebing atau batu yang cukup dalam, lubang-lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila memilih gua, Adiyuwono mewanti-wanti agar kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun atau gas berbahaya di sekitarnya.

Kita juga bisa memanfaatkan tanah berlubang atau tanah yang rendah sebagai tempat berlindung. Tanah yang berlubang ini biasanya bekas lubang perlindungan untuk pertahanan, bekas penggalian tanah liat dan lainnya. Pastikan tempat-tempat tersebut tidak langsung menghadap arah angin. Kalau terpaksa menghadap angin bertiup kita bisa membuat dinding pembatas dari bahan-bahan alami. Selain menahan angin, dinding ini bertugas untuk menahan angin untuk tidak meniup api unggun yang dibuat di muka pintu masuk.

Selasa, 06 Maret 2012

Prestasi pramuka man 1 model bukittinggi




PRESTASI PRAMUKA MAN 1 MODEL BUKITTINGGI

1.    Juara 1 lomba pionering tingkat kota bukittinggi (2007)

2.    Juara 1 (umum) lomba halang rintang yang di adakan oleh Saka Wira kartika Kodim 03/04 Agam Add captiondalam rangka 1 tahun gudep 03/335-336 tingkat kota Bukittinggi-Agam (2009).

3.    Juara 3 lomba C2T yang diadakan oleh RACANA STAIN M. DJAMIL  JAMBEK & SITI MANGGOPOH dalam acara Lomba Aksi dan Krea
tifitas Pramuka Penegak se-Luhak nan 3 {REACSI IV}. (2010).

4.    Juara 3 lomba LKBB yang diadakan oleh Saka Wira Kartika Kodim 03/04 Agam
dalam kegiatan  lomba giat prestasi Penegak Penggalang Pandega II 2010 {GIAT  G/D/D II 2010}. (2010).

5.    Juara 1 lomba LKBB yang diadakan oleh RACANA STAIN M. DJAMIL  JAMBEK & SITI MANGGOPOH dalam acara Lomba Aksi dan Kreatifitas Pramuka Penegak se-Luhak nan 3 {REACSI V}. (2011).

6.    Juara 2 baca puisi putra yang diadakan oleh RACANA STAIN M. DJA
MIL  JAMBEK & SITI MANGGOPOH dalam acara Lomba Aksi dan Kreatifitas Pramuka Penegak se-Luhak nan 3 {REACSI V}. (2011).

7.    Juara 3 lomba semaphore yang diadakan oleh RACANA STAIN M. DJAMIL  JAMBEK & SITI MANGGOPOH dalam acara Lomba Aksi dan Kreatifitas Pramuka Penegak se-Luhak nan 3 {REACSI V}. (2011).

8.    Salah seorang anggota menjadi peserta RAIMUNA NASIONAL  di Jawa Barat atas nama Fauzi Abdul Rahman (2008).


9.    Peserta Jambore Saka Kencana tingkat daerah di buper padang besi, Padang (2008).

10.    Peserta  Jambore Saka Kencana tingkat daerah di sitiung Dharmasraya (2009).Dari lomba yang di ikuti berhasil meraih harapan 3 dalam lomba konseling remaja.


11.    Peserta Jambore Saka Kencana tingkat daerah di dermaga danau singkarak kab. Solok. (2010). Dari lomba yang di ikuti berhasil meraih juara 1 dalam lomba photography dan harapan 3 lomba yel-yel/lawak.


12.    Juara 1 lomba gudep tergiat tingkat Kota Bukittinggi (2010)

13.    Peserta ekspedisi kebangsaan yang diadakan oleh KOPASSUS  (2011)

14.    Juara 1 lomba gudep tergiat tingkat Kota Bukittinggi (2011)